Senin, 29 Maret 2010

SISTEM PENGERINGAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN PANGLEJAR, BANDUNG, JAWA BARAT

Pengeringan adalah suatu proses pengeluaran air dari bahan sampai pada kadar air yang setimbang dengan keadaan udara atmosfer normal, atau pada kadar air dimana penurunan kualitas dari aktivitas enzim dapat diabaikan (Henderson dan Perry, 1976). Tujuan utama proses pengeringan pada teh hitam adalah menghentikan proses oksidasi enzimatis pada saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah secara optimal terbentuk.
Metoda yang digunakan untuk menganalisis sistem pengeringan tersebut adalah dengan menggunakan formula-formula perhitungan. Data-data yang diperlukan dalam penggunaan formula tersebut berasal dari hasil praktek lapangan di PTPN VIII kebun Panglejar.
Proses pengeringan pada proses pengolahan teh hitam di PTPN VIII kebun Panglejar menggunakan mesin Two Stage Dryer (TSD) atau yang lebih dikenal dengan nama Endless Chain Pressure (ECP). Prinsip kerja mesin pengering tipe TSD adalah dengan menggunakan trays (rantai) yang bergerak berlawanan dengan aliran udara panas dari Heat Exchanger (HE). Energi yang digunakan oleh mesin TSD berasal dari bahan bakar padat (kayu bakar dan cangkang sawit).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan adalah suhu masuk dan keluar, kecepatan tryas (kecepatan pengeringan), ketebalan bubuk yang dikeringkan. Temperatur inlet yang optimal untuk pengeringan dengan TSD adalah sebesar 100C. Temperatur outlet yang dipergunakan harus dipertahankan pada tingkat 45C. Temperatur inlet yang optimal diperlukan waktu pengeringan normal 22 menit. Efisiensi pemanasan udara pada TSD adalah 26.79% dan efisiensi total pada TSD adalah 7.573% dengan kapasitas TSD sebesar 170.824 kg teh kering/jam.
Menurut Sucipto (1989) mendapatkan nilai efisiensi pemanasan teh hitam dengan pengeringan tipe FBD sebesar 63.14% untuk suhu udara masuk 110.5oC dan Zuwirman (1996) mendapatkan nilai efisiensi pengeringan total teh hitam dengan sistem ECP sebesar 70.59% untuk suhu udara masuk 95oC.
Dapat dilihat perbedaan efisiensi sangat besar. Hal ini terjadi karena pemakaian bahan bakar padat yang boros. Untuk mencegah hal tersebut, maka harus diteliti laju konsumsi bahan bakar yang optimal agar energi panas yag dihasilkan tidak begitu besar, mempertahankan suhu inlet pada kondisi optimal yaitu kondisi dimana udara dalam keadaan tidak jenuh dan juga didukung dengan perawatan mesin secara berkala agar mesin selalu dalam kondisi baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar